Abstract
Industri Keuangan Non Bank (IKNB) saat ini mulai menunjukkan geliat. Beberapa data capaian kinerja menunjukkan optimisme bahwa selama tahun ini saja IKNB bisa tumbuh 15 hingga 20 persen. Total aset IKNB per Maret 2016 telah mencapai Rp1.940,59 triliun, tumbuh 24,08 persen secara tahunan (year on year) dibandingkan tahun 2015 sebesar Rp1,564 triliun. Apalagi dengan adanya program Tax Amnesty yang diharapkan akan menambah dana segar baik lewat tabungan masyarakat di bank-bank dan juga akan berdampak kepada meningkatnya industri asuransi dan dana pensiun.Namun, total seluruh aset yang dimiliki oleh IKNB tersebut masih jauh lebih kecil dibanding total aset industri perbankan yang di akhir 2015 saja sudah melampaui Rp6,000 triliun atau sekitar 70 persen dari total aset industri keuangan Indonesia. Tujuan paper ini adalah untuk membahas beberapa penyebab masih rendahnya minat masyarakat dan strategi yang dapat diterapkan diantaranya melalui inovasi produk yang dapat diterapkan untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap produk-produk IKNB dan membahas beberapa success story yang telah dicapai oleh industri perbankan dalam mengaplikasikan inovasi sehingga bisa terus tumbuh dalam era digital saat ini dan apa yang bisa dipelajari oleh IKNB.
I. Latar Belakang
Sebagai bagian dari industri keuangan, IKNB diharapkan memberi kontribusi yang lebih besar terhadap pembangunan. Mantan Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro berharap bahwa peran lembaga keuangan non-bank yang mendistribusikan dana-dana jangka panjang untuk pembiayaan proyek jangka panjang agar lebih ditingkatkan karena saat ini masih didominasi oleh sektor perbankan yang kebanyakan mengelola dana yang berupa simpanan jangka pendek. Hal ini bisa meningkatkan risiko maturity mismatch yang membahayakan sistem keuangan Indonesia. Sejalan dengan momentum reformasi struktural yang sedang digalakkan oleh pemerintahan Jokowi dengan membangun lebih banyak infrastruktur dan menciptakan pusat-pusat pertumbuhan baru di sejumlah daerah, peran IKNB sangat penting untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut. Sejatinya ada dua IKNB yang bisa menjadi primadona agar memberi kontribusi yang semakin besar dalam pembangunan, yaitu industri asuransi dan dana pensiun.
Namun, data menunjukkan tingkat penetrasi kedua industri ini ke masyarakat masih sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh adanya hambatan yang dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu hambatan dari sisi permintaan (demand barriers) dan dari sisi penawaran (supply barriers). Dari sisi permintaan beberapa faktor penyebab rendahnya akses masyarakat yaitu:
§ Masih rendahnya literasi masyarakat terhadap produk dan jasa keuangan.
Literasi keuangan adalah tingkat pengetahuan dasar masyarakat tentang keuangan berikut produk dan jasa keuangan yaitu mencakup bagaimana mengelola uang secara harian dan keterampilan dalam hal keuangan lainnya seperti Sebagian besar masyarakat Indonesia sudah mengenal produk tabungan bank namun ironisnya baru sekitar 36 persen orang dewasa yang sudah memiliki rekening. Indeks literasi keuangan di Indonesia pun hanya sekitar 21,8% sedangkan tingkat pemanfaatan produk dan layanan keuangan (utilitas) baru sebesar 59,7%.
Untuk IKNB secara rerata angka literasi keuangan juga masih sangat rendah. Pada industri asuransi, persentase literasi keuangan hanya sebesar 12 persen dan yang akhirnya membeli produk asuransi hanya 8 persen saja. Untuk pegadaian, persentase literasi keuangan sebesar 10 persen dengan utilitas sebesar 5 persen saja. Sementara, literasi keuangan perusahaan pembiayaan baru sebesar 6 persen dengan utilitas hanya 5 persen.
§ Angka pendapatan yang masih rendah
§ Preferensi sebagian masyarakat untuk melakukan transaksi keuangan melalui jalur informal
§ Faktor budaya
Sedangkan dari sisi penawaran disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
§ Jangkauan pelayanan IKNB yang masih terbatas
§ Prosedur/administrasi yang dianggap masih rumit
§ Produk yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat
§ Tingginya biaya untuk menggunakan produk dan layanan IKNB
§ Waktu operasional jaringan kantor IKNB yang tidak fleksibel
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan akses dan literasi keuangan masyarakat adalah melalui inovasi produk. Untuk hal ini, IKNB seharusnya belajar dari saudara tuanya yaitu industri perbankan dalam melakukan evolusi layanan sesuai dengan perkembangan teknologi. Inovasi layanan perbankan berbasis TI atau yang dikenal sebagai electronic banking (e-banking) semakin mempermudah masyarakat yang menjadi nasabahnya untuk melakukan transaksi perbankan tanpa harus datang ke kantor cabang bank. Berbagai delivery channel pun telah tersedia seperti ATM, EDC, phone banking, sms banking, mobile banking dan internet banking sehingga kapanpun dan dimanapun nasabah bisa mengecek saldo, melakukan transfer, membayar tagihan dan beberapa transaksi keuangan lainnya.
Saat ini jumlah pengguna internet Indonesia telah mencapai angka yang cukup fantastis. Berdasarkan data, jumlah pengguna internet (netter) aktif di Indonesia telah mencapai 88 juta orang. Jumlah ini adalah sekitar 30 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Jumlah pengguna media sosial di Indonesia mencapai 79 juta orang dan pengguna ponsel mencapai 318,5 juta atau 125% dari jumlah penduduk Indonesia. Bahkan menurut data Kementerian Kominfo, pada 2017 diperkirakan netter Indonesia mencapai 112 juta orang. Seiring perkembangan jumlah pengguna internet menyebabkan semakin berkembangnya penggunaan teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari. Memang sebagian besar pengguna internet menggunakan internet untuk mengakses sosial media, namun untuk tujuan lainnya seperti jual beli secara online (e-commerce), buku/majalah/koran elektronik, transportasi publik (taksi dan ojek), layanan pendukung pariwisata dan juga financial technology (FinTech) juga semakin berkembang. Industri perbankan terbukti mampu menerapkan teknologi dalam produk dan layanannya sehingga walaupun termasuk salah satu industri yang tertua di dunia namun perbankan tidak pernah kehilangan gregetnya. Mengaplikasikan teknologi dalam industri perbankan bertujuan agar bank bisa melayani para nasabahnya secara lebih cepat dan tepat. Kemajuan teknologi telah banyak merubah industri perbankan karena layanan-layanan perbankan yang telah terdigitalisasi.
Saat ini telah dikembangkan layanan keuangan yang berbasis digital. Secara umum layanan keuangan digital ini dapat dibedakan ke dalam beberapa kelompok yaitu payment channel/system, digital banking, online/digital insurance, Peer-to-Peer (P2P) Lending, dan crowdfunding. IKNB pun harus melakukan inovasi layanan sehingga produk dan layanannya bisa lebih mudah diakses oleh masyarakat.
Menurut para pakar manajemen strategi, innovasi terbaik yang dapat membuat perbedaan adalah innovasi yang mempertimbangkan customer terlebih dahulu baru dampak inovasi terhadap pertumbuhan pendapatan (revenue growth). Bagi para customer, inovasi memudahkan mereka untuk melakukan transaksi keuangan tanpa harus datang ke kantor cabang bank lain. Ini yang menyebabkan bank tidak perlu berinvestasi untuk pembukaan cabang-cabang baru lagi. Bahkan, di beberapa negara di Eropa telah terjadi penutupan 20 ribu cabang bank dalam empat tahun terakhir. 1 cabang bank yang selama ini melayani sekitar 20 ribu nasabah menjadi akan melayani 250 ribu nasabah. Namun, bank tentu tidak perlu kuatir karena para nasabah akan berpindah ke electronic channels dimana biaya per transaksi jauh lebih murah dibandingkan bertransaksi melalui teller bank.
II. Inovasi Layanan Keuangan IKNB
Price Waterhouse Cooper (PwC) mengemukakan bahwa agar menjadi kompetitif terutama di pasar global, perusahaan harus melakukan lebih banyak inovasi produk dan layanan secara cepat dan cost-effective. Peter Drucker, mahaguru marketing, pernah berkata bahwa tujuan suatu bisnis adalah untuk menciptakan dan mempertahankan seorang customer. Jadi hanya ada dua fungsi utama sebuah perusahaan yaitu marketing dan inovasi. Marketing berperan dalam menciptakan nasabah-nasabah baru melalui promosi, sosialisasi, edukasi sehingga nasabah mengenal produk dan akhirnya menggunakan produk yang ditawarkan. Sedangkan inovasi sendiri memiliki banyak pengertian namun secara umum bisa berarti memperkenalkan sesuatu yang benar-benar baru yang belum ada sebelumnya baik berupa produk atau layanan yang baru, proses dan metode produksi yang baru, pembukaan pasar-pasar baru, sumber daya-sumber daya bahan baku yang baru, bentuk organisasi dan struktur bisnis yang baru dan metode manajemen yang baru. Para pakar (Levine et.al.) bersepakat bahwa inovasi sangat berkontribusi kepada pertumbuhan ekonomi dan stabilitas sistem keuangan.
Kelemahan IKNB saat ini adalah masih sebatas kegiatan marketing ini. Peran inovasi adalah untuk mempertahankan nasabah karena apabila ternyata para nasabah kesulitan dalam mengakses suatu produk atau layanan mereka akhirnya akan meninggalkan produk tersebut. Celakanya, sebagian besar perusahaan termasuk IKNB masih terjebak dalam beberapa mitos yang menyebabkan inovasi sebagai hal yang sulit dilakukan. Padahal, agar berhasil membudayakan inovasi, inovasi harus menjadi sebuah proses sosial yaitu merupakan hal yang rutin dan melibatkan seluruh karyawan. Kedua mitos tersebut adalah bahwa inovasi hanya urusan bagian Research and Development (R&D) dan inovasi membutuhkan biaya yang tidak sedikit sehingga hanya berhasil bagi perusahaan-perusahaan besar.
Apakah inovasi teknologi bisa berhasil bagi IKNB? Menurut penulis, inovasi merupakan kunci profitabilitas bagi seluruh industri keuangan termasuk IKNB. Terkait inovasi, IKNB seharusnya belajar dari industri perbankan. Perbankan dikenal sudah sejak lama mampu menerapkan teknologi dalam layanannya untuk memenuhi ekspektasi para nasabahnya. Kunci untuk men-drive inovasi adalah suara nasabah (the voice of customers). Berdasarkan riset yang dilakukan oleh The Rain Group bahwa terdapat 10 suara customer diantaranya: selalu diedukasi dengan gagasan-gagasan baru, selalu didengarkan secara seksama dan apapun kebutuhan customer bisa dipahami secara baik dan jelas.
Saat ini seluruh aspek kehidupan kita mengalami disruption (kekacauan), istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh Christensen et.al yang mengemukakan bahwa akibat disruptif telah bermunculan sejumlah produk atau layanan inovatif dengan cara yang sama sekali tidak diduga oleh pasar dan menciptakan konsumen yang berbeda pula. Disruption menyebabkan perubahan apa yang kita pikirkan, apa yang kita lakukan, bagaimana cara kita berbisnis, cara belajar dan melaksanakan aktivitas kita sehari-hari. Menurut Christensen, disruption menggantikan sebuah pasar, industri atau teknologi yang telah ada dan menghasilkan sesuatu yang baru yang lebih efisien dan bermanfaat. Contoh disruption misalnya kehadiran telepon genggam yang menyebabkan telepon kehilangan pasar atau kehadiran smartphone atau laptop yang menyebabkan personal computer sudah jarang dicari orang lagi. Diamandis et.al. mengatakan bahwa sama seperti kepunahan hewan raksasa dinosaurus yang pernah menguasai dunia akibat hantaman sebuah asteroid dan menyebabkan munculnya hewan-hewan mamalia kecil berbulu, sebuah hantaman asteroid akan kembali muncul. Asteroid tersebut berupa “exponential technology” Exponential technology diistilahkan oleh Diamandis sebagai 6D yaitu Digitalization, Deception, Disruption, Demonetization, Dematerialization, dan Democratization.
Sebagai contoh salah satu perusahaan dinosaurus yang punah karena hantaman asteroid teknologi adalah Nokia. Saya dulunya salah satu pengguna telepon genggam bermerk Nokia dan setahu saya waktu itu lebih 90 persen handphone di pasaran adalah handphone Nokia. Intinya, pada tahun 1990-an sebagai tahun-tahun awal Nokia menggempur pasar dengan telepon genggamnya, Nokia menjadi penguasa pasar yang tidak tertandingi.
Nokia adalah salah satu contoh perusahaan raksasa yang akhirnya musnah karena hantaman digital disruption. Masalahnya menurut Jawabra adalah Nokia tidak mau belajar, tidak mau berubah, dan melewatkan kesempatan yang jelas-jelas ada di depan mata untuk menjadi lebih besar. Tidak hanya kehilangan kesempatan untuk menghasilkan laba yang lebih besar namun sekaligus kesempatan untuk bertahan hidup. Bahkan walaupun jelas-jelas telah membuat kesalahan terbesar, CEO Nokia waktu itu, Stephen Elop, setelah perusahaan secara resmi diakuisisi oleh Microsoft pada September 2013 mengatakan bahwa mereka tidak melakukan kesalahan apapun namun kok bisa kalah? Padahal mereka tidak melakukan satu hal yang penting agar perusahaan bisa bertahan dan terus tumbuh yaitu BERUBAH.
Sektor keuangan sama seperti industri lainnya juga harus terus melakukan perubahan dan beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Saat ini teknologi menyebabkan dunia seakan tidak memiliki batas lagi dan warga diantara belahan dunia yang berbeda bisa saling berhubungan seketika dan secara real time. Bahkan, menurut Rhenald Kasali saat ini hanya ada dua suku bangsa di dunia yaitu digital native dan digital immigrant. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi sektor keuangan termasuk IKNB. Sektor keuangan harus berevolusi dengan melakukan modifikasi yang lebih dalam terhadap bisnis, budaya, dan Teknologi Informasinya sehingga transformasi menjadi sebuah bank digital tersebut tidak hanya akan mengamankan sumber-sumber pendapatan yang telah ada namun juga untuk menemukan sumber-sumber pendapatan baru.
Menurut David Andrieux, Ph.D. ada beberapa dampak digitalisasi produk dan layanan perbankan yaitu:
1. Inovasi teknologi menyebabkan perubahan cara orang-orang berperilaku dan berinteraksi sehari-hari termasuk kemudahan dalam bertransaksi keuangan. Hal ini menjadi salah satu faktor sehingga masyarakat semakin akrab dan membutuhkan transaksi perbankan karena kemudahan akses layanan perbankan. Melalui teknologi bank-bank dapat menambah nilai terhadap hampir semua momen dalam kehidupan sehari-hari nasabahnya.
2. Perkembangan teknologi juga mengakibatkan perubahan ekspektasi para nasabah. Para nasabah menjadi lebih terkoneksi satu sama lain dan koneksi yang sama mereka harapkan juga ada dalam layanan keuangan mereka. Ekspektasi lainnya meliputi layanan personal yang tersedia kapanpun diminta dan produk-produk dan layanan perbankan yang transparan dan mudah dipadupadankan.
3. Perkembangan teknologi memungkinkan perbankan untuk menciptakan pengalaman nasabah yang lebih terdiferensiasi (differentiated customer experience) dengan memanfaatkan data nasabah yang tersedia, melakukan perubahan model bisnis, meng- update model dan kebijakan dalam penetapan harga, dan menciptakan platform- platform layanan digital baru sehingga bisa menawarkan layanan yang lebih personal dan kontekstual.
4. Melalui pemanfaatan teknologi, peran perbankan menjadi lebih luas. Melalui teknologi, nasabah bisa mengakses produk dan layanan lain selain yang bersifat finansial yaitu memberikan saran atau aktivitas lain yang menciptakan nilai bagi para nasabah. Perbankan tidak hanya menjadi penyedia produk-produk finansial namun juga sebagai advisor, value aggregator dan access facilitator dan ketiga hal ini adalah kunci untuk mengakuisi, meretensi dan menciptakan loyalitas di era keuangan digital.
Simon Mathews secara provokatif menulis bahwa saat ini industri perbankan sedang mengalami disintermediasi karena munculnya beberapa perusahaan intermediasi berbasis teknologi baru seperti PayPal dan lain-lain. Perusahaan-perusahaan tersebut berfungsi layaknya sebuah bank namun tanpa modal maupun jaringan distribusi fisik misalnya kantor cabang. Simon mencontohkan fenomena ini seperti Uber, perusahaan taksi terbesar di dunia namun tidak memiliki satupun armada dan Airbnb sebagai perusahaan penyedia property terbesar di dunia yang tidak memiliki satupun real estate.
Menurut Simon lebih lanjut agar mampu beradaptasi dengan perubahan yang sangat cepat di era digital ini, sektor keuangan harus melakukan beberapa langkah agar lebih maju ke depan yaitu dengan:
1. Menjadi advokasi pelanggan dengan mempelajari dan fokus kepada para pelanggan dan memberikan produk yang dibutuhkan oleh para pelanggan tersebut yang memiliki dampak yang positif terhadap kehidupan finansial mereka.
2. Menjadi digital delivery platform dengan memfokuskan operasional terhadap pemanfaatan teknologi secara efisien dan menghasilkan layanan yang real time dan lancar.
3. Memahami bahwa perubahan itu baik dengan mengadaptasi beberapa model bisnis terbaru karena fokus pada keberhasilan di masa lalu tidak akan menjamin kesuksesan di masa depan.
Perkembangan teknologi internet dan mobile banking ini yang terjadi saat ini bisa menjadi momentum yang tepat bagi sektor industri lain termasuk IKNB untuk mengembangkan inovasi layanan dan produknya. Manfaat inovasi sangat besar diantaranya seperti yang dikemukakan oleh W.S. Frame dan Lawrence J. White bahwa inovasi bertujuan terutama untuk menambah akses rekening dan sebagai metode pembayaran terbaru dan keduanya menyebabkan semakin terpenuhinya kebutuhan para nasabah atas kemudahan dan kenyamanan bertransaksi. Inovasi lembaga keuangan yang terjadi dalam 30 tahun terakhir ini dapat dikelompokkan menjadi terciptanya produk-produk baru (misalnya, exchange-traded index funds), layanan baru (misalnya internet banking dan mobile banking), proses produksi yang baru (misalnya credit scoring system), atau struktur organisasi yang baru (misalnya bank-bank yang melayani transaksi internet saja, branchless banking) Namun, beberapa pihak kemudian menuding bahwa inovasi keuangan justru menjadi penyebab terjadinya krisis keuangan global dari 2007 sampai 2009. Bahkan mantan Gubernur Bank Sentral Amerika, Paul Volcker, bahkan secara sinis pernah mengatakan “the only thing useful banks have invented in 20 years is the ATM”.
Berdasarkan definisi, Industri Keuangan Non Bank hampir serupa dengan bank yaitu perusahaan yang melakukan kegiatan dalam bidang keuangan yang secara langsung maupun tidak langsung menghimpun dana dari masyarakat dengan cara mengeluarkan surat-surat berharga kemudian menyalurkan kepada masyarakat terutama untuk pembiayaan. Dari definisi tersebut jelas bahwa IKNB juga menyediakan jasa dan produk yang terbagi kedalam dua kategori yaitu layanan yang terkait dengan simpanan (deposit) dan pembiayaan (financing). Dalam laporan World Economic Forum Juni 2015 terdapat enam fungsi layanan sektor keuangan, yaitu:
l Payments
l Market Provisioning
l Investment Management
l Insurance
l Deposits and Lending
l Capital Raising
Beberapa inovasi teknologi yang telah muncul beserta disruptive entrants yang merupakan beberapa start-up atau merchant yang telah mampu menyediakan layanan-layanan sejenis yaitu:
l Mobile Payments yaitu dengan tersedianya layanan mobile wallets dan solusi pembayaran merchant secara mobile seperti yang disediakan oleh Telkomsel Cash, Apple Pay, dan PayPal.
l Integrated Billing yaitu tersedianya layanan pemesanan dan pembayaran secara mobile dan aplikasi belanja mobile yang terintegrasi misalnya Gojek, Grab Car, dan Uber.
l Peer To Peer (P2P) Lending yaitu alternatif pembiayaan secara online dengan menggunakan platform sehingga memungkinkan pemilik dana untuk memberikan pinjaman secara langsung kepada yang membutuhkan misalnya Zopa di Inggris, Lending Club di Amerika Serikat, dan Alibaba Small Loans di China.
Beberapa contoh inovasi transaksi diatas bisa dikembangkan oleh IKNB pada layanan yang diberikan apalagi para pakar bersepakat bahwa biasa sektor industri lebih berhasil dalam inovasi merubah proses sebuah organisasi dengan mentrasformasi tenaga kerja, modal, bahan baku dan informasi menjadi produk atau layanan sehingga memiliki value yang lebih besar karena lebih murah, lebih mudah, lebih kecil dan lebih nyaman untuk digunakan.
Jika merujuk kepada kedua kategori barrier sebagai penghambat pertumbuhan penetrasi produk dan layanan IKNB yang telah dikemukakan di awal, maka inovasi yang bisa menjadi solusi pun dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu inovasi dari sisi permintaan (demand side) dan dari sisi penawaran (supply side). Francesc Relano et.al. menyebut bahwa demand side innovations merupakan inovasi-inovasi yang didorong oleh keinginan sektor industri keuangan (termasuk IKNB) untuk memberikan kontribusi terhadap meningkatnya kesejahteraan sosial masyarakat sedangkan supply side innovations didorong oleh keinginan sektor keuangan untuk meningkatkan profit dan kinerja keuangannya.
Inovasi-inovasi dari sisi permintaan yang dapat dikembangkan oleh IKNB, yaitu:
l Meningkatkan utilitas dan akses masyarakat melalui Layanan Keuangan Digital (LKD). IKNB ikut memikul tanggung jawab mendorong peningkatan keuangan yang inklusif bagi masyarakat sekaligus bisa meningkatkan pemanfaatan (utilisasi) produk dan layanan yang ditawarkan oleh IKNB. Data menunjukkan sejak dicanangkan oleh Presiden Jokowi pada 3 November 2014 baru terjaring lebih dari 2 juta Rumah Tangga dari target yang dicanangkan sebanyak 15,5 juta RT. Artinya, potensi LKD masih sangat besar terutama untuk menciptakan nasabah baru.
l Menawarkan lebih banyak produk keuangan generik kepada masyarakat dengan benefit yang sama namun dengan fitur yang lebih terjangkau. Produk IKNB yang telah diciptakan secara generik sehingga bisa diakses oleh masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah bisa diantaraya asuransi mikro.
l Peningkatan penetrasi masyarakat juga dapat dilakukan dengan menciptakan platform online sebagai sarana edukasi bagi para nasabah Data Accenture menunjukkan bahwa hingga Maret 2015 jumlah pengguna internet di Indonesia tercatat 72.7 juta jiwa atau 28.45% dari total jumlah penduduk Indonesia. Total perangkat handphone mencapai 308 juta unit, pengguna media sosial aktif telah mencapai 74 juta jiwa dan yang mengakses media sosial lewat perangkat handphone sebanyak 64 juta jiwa. Rasio jumlah handphone dengan jumlah populasi di Indonesia sebesar 121%.
Inovasi-inovasi yang dapat dilakukan dari sisi penawaran, yaitu:
l Pemanfaatan platform aplikasi yang terkait dengan layanan dan produk yang dimiliki oleh IKNB yang memudahkan akses masyarakat terhadap produk dan layanan tersebut.
l Melalui platform tersebut juga dapat diciptakan produk dan layanan yang lebih tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat misalnya tools untuk perencanaan keuangan personal,
l Menawarkan produk dan layanan yang terintegrasi yaitu meliputi seluruh aktivitas keuangan - investasi, tabungan, pembiayaan dan alat-alat pembayaran dalam satu tools yang aplikatif dan end-user friendly.
l Melalui sinergi baik antar IKNB maupun IKNB dengan lembaga/badan lain seperti koperasi atau UMKM yang selain bertujuan untuk meningkatkan inklusi keuangan, memberikan layanan keuangan yang berorientasi customer dan memperkuat infrastruktur finansial.
III. Kesimpulan
Inovasi bagi sektor keuangan termasuk IKNB sangat penting dan menjadi solusi yang tepat untuk menggairahkan minat masyarakat terhadap produk dan layanan yang ditawarkan oleh IKNB. Inovasi merupakan respon terhadap meningkatnya kebutuhan dan literasi masyarakat (demand driven innovations) sehingga IKNB perlu menyesuaikan dengan menawarkan produk dan layanan yang lebih inovatif (supply side innovations).
Ada 2 pendekatan inovasi yang dapat dilakukan oleh IKNB untuk meningkatkan minat dan kebutuhan masyarakat terhadap produk-produknya yaitu:
1. Pendekatan secara sempit (narrow approach) yaitu bahwa untuk memperoleh lebih banyak nasabah, IKNB harus mengembangkan produk-produk baru yang lebih variatif, atau mengombinasikan beberapa produk tradisional, melakukan modifikasi produk, produk-produk yang telah ada ditawarkan dengan metode baru misalnya melalui tools atau platform digital.
2. Pendekatan secara luas (broad approach) yaitu bahwa inovasi produk dan layanan IKNB berupa pengembangan beberapa elemen dalam sistem keuangan itu sendiri yang saling mendukung untuk meningkatkan minat dan gairah masyarakat sebagai konsumen. Beberapa elemen tersebut berupa pasar, institusi, instrumen dan regulasi.
Inovasi layanan akhirnya menjadi satu-satunya hal yang harus dilakukan oleh IKNB sehingga akses, utilisasi dan literasi masyarakat tentang produk dan layanan IKNB bisa ditingkatkan. Apalagi dengan mengingat bahwa saat ini teknologi berkembang semakin pesat dan dinamis. Apabila IKNB masih menggunakan metode-metode lama dalam memasarkan produknya bisa dipastikan upaya untuk meningkatkan utilitas produk IKNB akan menjadi sulit dilakukan. Benar yang pernah dikatakan oleh Boldrin dan Levine bahwa inovasi wajib dan dibutuhkan saat teknologi dan metode saat ini telah usang dan memperlamban pencapaian potensi pertumbuhan. Tujuan akhirnya tentu saja agar IKNB bisa menjadi agen pembangunan yang mampu menyediakan layanan yang memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat Indonesia pada seluruh lapisan tanpa terkecuali.
Ambon, 09 September 2016 diikutsertakan pada Lomba Karya Tulis Ilmiah Call for Papers OJK Tahun 2016
Komentar
Posting Komentar