Para menteri baru telah dilantik oleh Presiden
Jokowi siang ini (27 Oktober 2014). Komposisi kabinet yang dinamai Kabinet
Kerja terdiri dari para profesional baik yang berasal dari partai politik
Koalisi Indonesia Hebat maupun para profesional non partai yang dikenal luas
oleh masyarakat sebagai para ahli di bidangnya. Salah seorang anggota kabinet
kerja yang santer jadi pemberitaan dan banyak menuai kritik karena
keeksentrikannya adalah Susi Pudjiastuti yang menjabat sebagai Menteri Kelautan
dan Perikanan. Sebelum jadi menteri, perempuan ini ini dikenal sebagai sebagai
pebisnis yang sukses karena kerja keras dan gigih. Meskipun hanya tamatan SMP,
Susi membuktikan bahwa jenjang pendidikan seseorang tidaklah menjadi jaminan
kesuksesannya kelak. Beberapa kebiasaannya memang menjadi sasaran hujatan
seperti suka merokok, memiliki tato dan gaya yang nyentrik. Tetapi, Susi menjadi salah satu bukti bahwa menjadi
seorang ahli sangatlah penting untuk kesuksesan seseorang.
Apakah yang dimaksud dengan ahli? Seorang ahli
adalah seseorang yang mengetahui bidang yang selama ini digelutinya secara
lebih baik dibandingkan orang-orang lain di bidang tersebut. Pertama kali kita
bekerja, kita harus memulai dari nol karena kita sama sekali belum memiliki
keahlian di bidang pekerjaan kita. Biasanya kita di-tandem-kan dengan senior kita yang sudah bekerja lebih lama.
Sebelumnya senior kita tersebut juga belajar dari senior lainnya. Begitulah transfer of knowledge yang terjadi di
perusahaan. Saat kita kuliah kita memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan
keinginan kita. Keduanya bertujuan agar kedepannya kita bisa menjadi ahli,
memperoleh lebih banyak penghasilan dan penghormatan karena keahlian kita
tersebut.
Mengapa keahlian sangat dibutuhkan? Ada beberapa alasan
yang menjadi penyebabnya, yaitu:
1.
Terbatasnya kapasitas otak manusia
Menurut Daniel Levitin dalam bukunya berjudul The Organized Mind, Thinking Straight in
the Age of Information Overload, kapasitas otak manusia tidak memadai untuk
menghadapi bombardir semakin banyaknya pilihan yang ada saat ini. Otak kita
memiliki keterbatasan kapasitas untuk mengolah berbagai informasi dan tugas
pada saat yang bersamaan. Inilah yang menyebabkan kita memiliki kecenderungan
untuk mempercayai para ahli untuk memudahkan kita dalam memilih. Kalau kita
memperhatikan iklan di televisi, kita akan melihat sebagian besar produk
mengklaim sebagai “ahli” atau menggunakan model ahli beneran atau ahli-ahlian. Ini tentu saja bertujuan untuk meng-endorse produk dan menjadi Top of Mind di benak customer.
2.
Paradox of Choice
Seorang ahli yang lain, Barry Schwartz, menulis
dalam bukunya “The Paradox of Choice,
Why More is Less” terlalu banyaknya pilihan produk saat ini seperti yang
kita saksikan melalui iklan di media ataupun saat kita mendatangi sebuah
supermarket tidak menyebabkan hidup kita menjadi semakin mudah. Jutru pikiran
kita menjadi semakin ruwet. Memilih
satu diantara dua pilihan saja tidak gampang apalagi harus memilih diantara
ribuan pilihan produk yang tersedia. Schwartz menyarankan bahwa untuk
menghilangkan dampak PoC dapat dilakukan dengan mengurangi pilihan. Semakin sedikit pilihan yang ada semakin
mudah kita dalam memilih yang terbaik. Otonomi dan kebebasan memilih sangat
penting bagi keberadaan kita dan pilihan yang kita ambil juga sangat penting
bagi otonomi dan kebebasan kita. Namun, karena kemajuan teknologi dewasa ini
yang menyebabkan terjadinya overload of
choice, justru tidak berdampak positif bagi kita secara psikologis.
Terlampau banyak pilihan menyebabkan terlalu banyak keputusan yang harus dibuat
oleh otak kita sementara waktu yang kita punya terlampau sedikit. Karena adanya
linimasa ini kita lebih percaya rekomendasi para ahli dibandingkan harus
memikirkan pilihan yang tepat bagi kita berulangkali.
3.
Ketika Kita Tidak Memiliki Pilihan Sama Sekali
Situasi ini merupakan
kebalikan dari Poc. Apabila anda tidak memiliki pilihan sama sekali karena
persoalannya adalah masalah hidup atau mati, anda tidak akan memikirkan berapa
banyak uang atau waktu yang harus anda keluarkan asalkan itu bisa menyelamatkan
anda. Pada saat tersebut anda sangat membutuhkan bantuan seorang ahli dan anda
akan membayar berapapun harga yang dimintanya.
Bagaimana para ahli bisa menjadi ahli di bidang
yang telah mereka geluti selama ini? Selain telah lama berkarir, mereka juga
dikenal sebagai pekerja keras dan cerdas. Mereka bukan hanya sebagai pemimpin,
namun juga sebagai role model dan beberapa
bahkan telah melakukan perubahan-perubahan yang fundamental di instansi yang
dipimpinnya.
Menurut Jorgen Sondberg dalam blognya yang diberi
judul “Top 3 Ways To Become An Expert in
Your Industry”, ada 3 aktivitas yang dapat dilakukan sehari-hari untuk
menjadi seorang ahli yaitu:
1.
Mendengarkan
Mendengarkan berarti
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang terkait dengan bidang anda
seperti membaca buku, blog, majalah, mengikuti seminar dan workshop, menonton program-program terkait di televisi dan
lain-lain. Kegiatan-kegiatan ini bertujuan untuk memperbesar pengetahuan dan
keahlian yang anda miliki dan keinginan anda untuk menjadi seorang ahli akan
semakin mudah terwujud.
2.
Berkomunikasi
Berkomunikasi berarti
membaur dengan para ahli untuk saling berbagi pengalaman dan keilmuan. Saat ini
komunikasi tidak hanya dilakukan secara langsung melalui seminar, business gathering, atau networking event, melainkan dapat
dilakukan setiap saat melalui internet ataupun social media seperti facebook, twitter, linkedin dan sebagainya.
Cakupan komunikasi sekarang tidak hanya bersifat word to mouth tetapi sudah bersifat lintas negara atau world to mouth. Anda bisa menggunakan
seluruh media yang ada untuk secara aktif berinteraksi dengan para ahli lainnya
di bidang anda baik secara lokal maupun global.
3.
Berkreasi
Berkreasi berarti
setelah anda secara aktif dan terus menerus memperbaharui keahlian anda baik
dengan mengumpulkan informasi dari sumber terkait maupun melalui komunikasi
secara intens dengan pakar lain di bidang anda, anda juga harus rajin membagi
keahlian anda melalui tulisan baik di surat kabar, majalah, blog maupun dengan
menjadi narasumber di workshop atau seminar-seminar. Tujuannya tentu saja agar
semakin banyak orang yang tahu dan mengakui kepakaran anda. Jika anda sangat
serius menjadi seorang ahli, tuangkan seluruh ide dan pemahaman anda menjadi
sebuah buku sehingga kepakaran anda semakin diakui secara luas.
Malcom Gladwell dalam
bukunya berjudul “Outliers” menulis
bahwa berdasarkan bukti empiris, untuk menjadi seorang ahli dibutuhkan waktu
sekitar 10.000 jam dengan secara aktif mendengarkan, berkomunikasi dan
berkreasi seperti yang telah dituliskan di atas. 10.000 jam ini kurang lebih
sama dengan 10 sampai dengan 20 tahun latihan dan latihan. Apakah harus selama
itu untuk menjadi seorang ahli? Beberapa orang yang terkenal di seantero jagat
karena keahliannya ternyata hanya membutuhkan waktu kurang dari 10 tahun bahkan
hanya setahun untuk menjadi seorang ahli. Salah satu yang menjadi kesamaan
mereka adalah mereka memiliki hasrat, gairah, atau passion yang sangat besar untuk menguasai bidangnya. Keahlian
tersebut merupakan wujud dari aktualisasi diri.
Keahlian memang
membutuhkan waktu dan usaha yang tidak sedikit. Tidak ada yang namanya keahlian
yang diperoleh secara instan. Keahlian yang diakui secara luas hanya dapat
diperoleh melalui proses pembelajaran dan pelatihan yang intens dan diikuti
oleh hasrat yang besar. Tanpa adanya hasrat tersebut mustahil seseorang dapat
bertahan dan tekun untuk berlatih dan belajar demi memenuhi keinginannya
menjadi seorang ahli.
The King Casino - Herzaman in the Aztec City
BalasHapusThe King Casino in Aztec City is the place herzamanindir.com/ where you can casino-roll.com find and play for real, real www.jtmhub.com money. Enjoy a 토토 사이트 코드 memorable stay at this one-of-a-kind casino