Langsung ke konten utama

Membahagiakan Karyawan, Membahagiakan Pelanggan



Hari Pelanggan Nasional baru lewat 4 September lalu. Pada hari tersebut beberapa perusahaan memberikan kejutan bagi para nasabah yang bertransaksi berupa coklat, permen, sekuntum bunga, atau sekedar kartu ucapan terima kasih karena telah menjadi nasabah yang setia selama ini. Tentu saja tujuan hari pelanggan tersebut adalah sebagai bentuk apresiasi kepada para pelanggan, terutama para nasabah yang telah loyal.
Sudah sangat banyak buku yang mengupas secara lengkap dan gamblang bagaimana kiat menciptakan nasabah loyal. Bisa dipastikan semua perusahaan telah mengaplikasikan teori-teori kepuasan pelanggan dalam praktek sebagai strategi untuk menciptakan nasabah-nasabah yang loyal. Semua teori sepakat bahwa loyalitas nasabah tercipta dari pelanggan yang puas karena ekspektasinya terpenuhi. Ekspektasi ini diantaranya berupa layanan nasabah yang andal (customer service excellence=CSE). Beberapa strategi untuk mencapai tujuan ini antara lain 4P yaitu Place, Price, Process, dan People. Atau 4P teranyar  yang dikemukakan oleh Anand Subramaniam dalam tulisannya di media daring bertajuk 4 Keys to Customer Service Excellence, yaitu Positioning, Proficiency, Partners, dan Process. Lebih kurang keduanya sama Cuma berbeda di proficiency. Menurut Anand, proficiency adalah comparing business service to that of their peers by “eating their own service dog food”. Praktek yang sering dilakukan oleh perusahaan adalah dengan menyewa pihak luar untuk mengakses kualitas layanannya. Semisal, di sebuah bank plat merah di Indonesia adalah melalui internal shoppers maupun mistery shoppers yang secara berkala dan sembunyi-sembunyi mengukur kualitas parameter standar layanan bank tersebut.
Akan dibutuhkan berhalaman-halaman tulisan untuk mengupas teori dan strategi CSE tersebut satu per satu. Dan saat ini bisa dipastikan tidak ada satupun perusahaan yang tidak menerapkan teori dan strategi CSE dalam operasionalnya sehari-hari. CSE or die! adalah idiom yang sudah merupakan harga mati. Pertanyaannya, kok masih saja surat pembaca di media-media cetak dipenuhi beberapa ungkapan ketidakpuasan nasabah atau pelanggan? Kolom surat pembaca seharusnya juga berisi ucapan tulus terima kasih dari para nasabah yang merasa puas, namun yang kita jumpai umumnya keluhan-keluhan nasabah terhadap layanan suatu instansi atau perusahaan. Kalau dikatakan tidak ada yang sempurna memang iya. Betapapun maksimal sebuah perusahaan berupaya untuk memuaskan nasabah, tetap saja terjadi nasabah yang merasa tidak puas. Celakanya, survey membuktikan justru nasabah yang tidak puas ini akan melakukan apapun untuk ‘balas dendam’ termasuk dengan menyampaikan keluhannya lewat media. Sedangkan nasabah-nasabah yang puas umumnya sekedar mengucapkan terima kasih dan melakukan referral hanya ke sedikit orang lainnya.
Bukan salah di teori maupun prakteknya. Tulang punggung pelayanan prima adalah manusia dan manusia adalah makhluk yang dinamis alias naik turun suasana hatinya. Hari ini bisa saja seseorang sedang senang sehingga memberikan senyuman terbaiknya kepada pelanggan. Besok mendadak dari pagi mulai awal masuk kantor sampai seharian suasana hatinya lagi galau sehingga tersenyum saja susah. Hal ini tentu saja menyebabkan layanan yang diberikan kepada nasabah menjadi tidak maksimal bahkan nasabah bisa menjadi tidak puas. So, bisa disimpulkan sebenarnya benang merah CSE  adalah manusia. Manusia yang mendesain dan sekaligus men-deliver produk dan proses sehingga bahagiakanlah manusia terlebih dahulu agar tercipta end-result yaitu nasabah yang bahagia dan puas dengan layanan kita. Makanya seperti yang pernah diucapkan oleh William Morrow, seorang penerbit Amerika bahwa what lies behind us and what lies before us are tiny matters compared to what lies within us. Kalau karyawan sudah merasa bahagia lahir batin, bisa dipastikan mereka akan memberikan layanan terbaik dan berasal dari hati.
Jadi, upaya yang sejatinya harus diprioritaskan oleh manajemen adalah membahagiakan karyawannya. Tommy Petrogiannis, pendiri dan CEO Silanis Technology menulis leaders have a responsibility to create a company culture that’s engaging and satisfying. Engaging berupa karyawan yang bahagia sehingga berkontribusi secara positif bagi perusahaan, satisfying adalah para pihak pemangku kepentingan (stakeholders) dan nasabah yang bahagia dan merasa puas karena ekspektasi-ekspektasinya terpenuhi. Gaji yang tinggi bukan lagi menjadi teaser atau daya tarik utama dan satu-satunya yang menyebabkan karyawan engaged. Karyawan yang bahagia tidak semata-mata termotivasi karena besarnya gaji melainkan karena faktor-faktor intrinsic. Rilis Careerbliss mengenai 50 perusahaan paling bahagia di Amerika mengungkapkan beberapa faktor intrinsic yang menyebabkan karyawan bahagia yaitu keseimbangan kerja dengan kehidupan social (work-life balance), hubungan karyawan dengan atasan dan rekan kerja, lingkungan kerja, sumberdaya pekerjaan (job resources), kompensasi, peluang untuk berkembang (growth opportunities), budaya perusahaan (company culture), reputasi perusahaan (company reputation), tugas sehari-hari, dan kontrol terhadap kinerja tugas secara harian. Salah satu perusahaan terkemuka yang dapat dijadikan contoh success story aplikasi faktor-faktor intrinsic ini adalah Google Inc. Google memberikan fasilitas kepada para Googlers (karyawan Google Inc.) diantaranya berupa kolam renang, membiarkan karyawannya untuk membawa hewan peliharaan ke kantor, menyediakan fasilitas penitipan anak, dan kantin mirip resto dengan menu yang lengkap dan gratis untuk seluruh karyawan dan fasilitas-fasilitas lain yang sangat memanjakan karyawannya. Sejak 2009 Google Inc. selalu menjadi jawara sebagai perusahaan terbaik dan paling diidamkan versi majalah Fortune. Manajemen Google Inc. yang saat ini dikomandani CEO wanita Erin Schmitt mengadopsi prinsip “the fun is good”. Markas besar Google, Googleplex, dibuat senyaman mungkin sehingga orang-orang cerdas bertalenta tinggi bebas berkumpul untuk bekerja, bersenang-senang, bermimpi yang tinggi, dan dihargai untuk kerja kerasnya tersebut. Para pendiri dan petinggi Google percaya bahwa perusahaan yang sukses selalu berupaya untuk mewujudkan mimpi-mimpi besarnya dan mengakomodasi kebutuhan dan sumberdaya yang dibutuhkan oleh para karyawannya untuk mewujudkan gagasan-gagasan dan mimpi-mimpi mereka.
Employee engagement tidak hanya berdampak mengurangi kealpaan, keterlambatan, atau bahkan tingkat turnover pegawai, namun juga sangat berkorelasi dengan peningkatan kualitas layanan, produktivitas, dan sales. Berikut beberapa data yang menunjukkan besarnya pengaruh kebahagiaan karyawan terhadap tingkat profitabilitas perusahaan, antara lain:
- Survey Lembaga Riset Gallup Organization menunjukkan bahwa kerugian yang dialami oleh perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat akibat karyawan yang tidak bahagia (employee disengagement) sebesar lebih dari US350 miliar per tahunnya. Hasil survey Gallup juga menemukan bahwa perusahaan-perusahaan ini juga kalah dari sisi profitabilitas sebesar 202%.
- Data American Bureau of National Affairs juga menemukan fakta bahwa sekitar US11 miliar hilang setiap tahunnya karena tingkat turnover karyawan di Amerika Serikat.
- Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 64 perusahaan mengungkapkan bahwa perusahaan dengan karyawan-karyawan yang bahagia meraup laba tahunan dua kali lebih tinggi.

Satu-satunya cara untuk menjadi perusahaan terkemuka dan pemimpin dalam indutri adalah dengan menarik atau mempertahankan talenta-talenta terbaik dan ini hanya bisa terjadi dengan menciptakan budaya atau lingkungan yang mendukung employee engagement. Dalam bukunya yang berjudul It’s Always Personal, Anne Kreamer mengungkap 5 aturan yang diterapkan oleh perusahaan-perusahaan bahagia (happy companies) untuk menciptakan karyawan bahagia, yaitu:
-       Karyawan bahagia tidak pernah terlalu lama berada di satu posisi. Kelebihannya karyawan memang akan menjadi ahli di posisi tersebut tetapi semakin lama dia akan menjadi jenuh dan kehilangan motivasi dalam bekerja. Bahkan di beberapa kasus, karyawan memanfaatkan keahliannya tersebut untuk melakukan kecurangan.
-       Karyawan bahagia selalu merasa dihargai dan berarti (meaning) bagi lingkungannya. Terbukti, ada korelasi yang kuat antara kebahagiaan dengan perasaan dihargai ini.
-       Lingkungan pekerjaan dipastikan akan menjadi tempat kerja yang membahagiakan jika manajemen terus berupaya membuat kebijakan-kebijakan yang memastikan bahwa karyawan selalu mendapat pengakuan (acknowledgement) dan pujian yang tulus (sincere praise) untuk semua tugas yang diselesaikan dengan baik.
-       Akui bahwa karyawan adalah manusia, dan buat kebijakan-kebijakan yang berfokus pada membahagiakan mereka sebagai individu.
-       Utamakan untuk mengintegrasikan pekerjaan dengan kehidupan social (work/life integration). Ini lebih dari sekedar work-life balance.

Kesimpulannya, mengutip artikel online yang ditulis oleh Jacob Shriar berjudul The 3 Major Benefits of Having Happy Employees, ada 3 manfaat yang diperoleh perusahaan jika para karyawannya bahagia, yaitu:
1.   Karyawan yang bahagia menciptakan atmosfir kerja yang luar biasa. Atmosfir kerja yang luar biasa ini sangat penting bagi perusahaan untuk meretensi dan karyawan-karyawan internal yang sangat bertalenta dan menjadi daya tarik bagi masuknya calon-calon karyawan potensial.
2.   Pelanggan sangat menyukai dan akan menjadi loyal bertransaksi dengan perusahaan-perusahaan yang luar biasa. Formulanya sederhana, apabila perusahaan membahagiakan para karyawannya maka kebahagian itu akan keluar dan ditularkan kepada para nasabah. “Happy employees, happy customers” adalah ungkapan yang sangat pas untuk hal ini.
3.   Employee engagement sangat fenomenal dan penting bagi perusahaan. Karyawan bahagia akan meningkatkan profitabilitas perusahaan akibat peningkatan produktivitas dan tingkat penjualan dan penurunan biaya yang disebabkan oleh turnover karyawan.

So, segeralah bahagiakan para karyawan Anda sekarang. Cukup dimulai dengan melakukan hal-hal sederhana tapi bermakna seperti tepukan hangat di bahu sebagai tanda keramahan atau pujian yang tulus saat bawahan berhasil menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik akan membuat mereka merasa dihargai dan akan selalu berupaya memberikan kontribusi yang berarti bagi perusahaannya.

Manado, 21 September 2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Budaya Service SQ, Budaya Yang Memuaskan Karyawan

Apakah anda ingin merasakan layanan kamar kelas suite? Tentu saja semua orang ingin menikmati bagaimana rasanya menginap beberapa malam di kamar kelas suite yang dimiliki minimal oleh hotel-hotel berbintang lima atau kapal-kapal pesiar mewah. Kita pasti belum membayangkan bahwa fasilitas hotel berbintang saat ini bisa kita nikmati juga di atas pesawat terbang. Pada tahun 2008 Singapore Airlines telah memperkenalkan layanan The Suites, sebagai layanan udara termewah yang tersedia secara komersial. The Suites merupakan layanan eksklusif di armada Airbus A380 Singapore Airlines yang menerbangi rute Changi International Singapura menuju bandara internasional John F. Kennedy New York yang menawarkan kabin pribadi dengan pintu-pintu geser yang memungkinkan anda untuk menikmati privasi dan istirahat yang sangat nyaman selama perjalanan. Interiornya yang mewah dirancang oleh desainer Perancis bernama Jean-Jacques Coste yang dikenal sebagai perancang interior kapal yacht mewah. K...

Kepemimpinan Transformasional: Sebuah Gaya Kepemimpinan Yang Adaptif (Bagian 1)

Organisasi dimanapun butuh  kepemimpinan karena tanpa kepemimpinan  organisasi tidak akan berjalan dengan baik dan efektif.  Inilah sebabnya bila  kita berbicara organisasi maka kita juga harus membicarakan bagaimana kepemimpinan dalam organisasi. Di banyak literatu r  kepemimpinan organisasi (organizational leadership)   j ustru lebih banyak dibahas dibanding organisasi itu sendiri.    Terdapat beberapa versi kepemimpinan dan seringkali kepemimpinan dipersepsikan secara salah sebagai manajemen. Sederhananya, perbedaannya adalah apabila anda memimpin orang lain namun anda berjalan sendiri tanpa diikuti oleh satupun orang yang anda pimpin, itulah manajemen. Bedanya yang lain adalah manajemen adalah memimpin tanpa nilai (managing without value)  dimana seluruh proses manajerial berupa merencanakan, mengorganisasi dan mengoordinasi strategi untuk pencapaian tujuan organisasi, sedangkan tugas pemimpin adalah untuk menginspirasi dan memotiva...

Bahagia dan Kreativitas

Success is liking yourself, liking what you do, and liking how you do it Ungkapan diatas pernah diucapkan oleh Maya Angelou, seorang penulis terkemuka. Kesuksesan hanya bisa diraih apabila kita bahagia dalam bekerja, menyukai pekerjaan kita dan menyukai apapun yang berkaitan dengan pekerjaan kita termasuk perusahaan tempat kita bekerja, rekan kerja kita, atasan kita, nasabah atau debitur kita dan sebagainya. Kebahagiaan dalam bekerja menghasilkan interaksi yang lebih baik dengan rekan, atasan, nasabah serta produktivitas dan kinerja kerja yang terus meningkat. Kebahagiaan bekerja juga berdampak besar terhadap kondisi kesehatan kita sehingga kita tidak gampang stress dan sakit. Soal bonus yang kita peroleh tentunya sebanding dengan produktivitas kita. Ada lagi manfaat penting kebahagiaan kerja yaitu menumbuhkan inovasi dan kreativitas. Riset menyimpulkan bahwa kebahagiaan dan kreativitas adalah dua hal yang saling terkait. Karyawan yang bahagia akan lebih produktif dan kre...