Langsung ke konten utama

Menjadi Karyawan Yang Berorientasi Service



Di sebuah media, seorang penulis mengisahkan pengalamannya mengunjungi tiga tempat hiburan terkenal di dunia yang berlokasi di Asia, yaitu Universal Studios Singapura, Disneyland Hongkong dan Universal Studios Jepang. Dia menarik kesimpulan, bukan hanya karena wahana-wahananya yang termutakhir dan modern melainkan juga karena petugas-petugasnya sangat berorientasi service sehingga ketiga tempat hiburan tersebut menjadi point of destination utama kunjungan para pelancong mancanegara.
Merekrut karyawan yang berorientasi service sangat penting apalagi jika perusahaan ingin menjadi penyedia layanan kelas dunia. Karyawan seperti ini akan membantu perusahaan dengan memberikan pelayanan yang tulus dan dari hati sehingga customer akan merasa nyaman, apabila ada keluhan nasabah akan lebih gampang diselesaikan karena perhatian yang tulus dan upaya yang tidak setengah-setengah dari karyawan tersebut untuk membantu mencarikan jalan keluar, menawarkan layanan dan menjawab semua pertanyaan nasabah untuk memastikan nasabah puas dengan layanan maupun produk yang ditawarkan. Menurut Morgan Rush dalam artikel online, What Are the Characteristics of Customer Service Oriented Workers?, ada beberapa karakteristik karyawan yang berorientasi service, yaitu:
-       Suka membantu (helpful)
Ini ciri khas yang paling kentara dari karyawan yang berorientasi service. Karyawan ini sangat giat dan tekun dalam bekerja. Meskipun di tengah kesibukannya menyelesaikan tugas-tugasnya, tetap dia akan segera mengulurkan tangan membantu apabila ada rekan sejawat atau nasabah yang kesulitan dengan pekerjaannya atau kebingungan saat akan melakukan transaksi. Dalam tulisan yang saya sampaikan di awal, diceritakan di salah satu tempat hiburan tadi penulis melihat langsung salah seorang petugasnya lari tergopoh-gopoh saat menyaksikan salah seorang pengunjung celingak-celinguk kebingungan. Petugas menunjukkan dan sekalian mengantarkan pengunjung tersebut ke lokasi wahana yang sedang dicarinya.
-       Penuh perhatian (considerate)
Karyawan yang berorientasi service sangat santun dalam melayani nasabah. Tidak hanya membukakan pintu buat nasabah, misalnya, namun juga mengucapkan selamat dengan sesuai standar layanan dengan senyum 227, menjaga kontak mata selama berinteraksi dengan nasabah, dan tidak menginterupsi nasabah saat sedang dilayani. By the way, senyum 227 adalah senyum tulus dan dianjurkan dalam berinteraksi dengan orang lain karena senyum jenis ini selain berimplikasi secara positif pada psikologis kita, juga akan menciptakan kegembiraan, menceriakan suasana, membangkitkan semangat, dan mempererat hubungan dengan orang lain. Jamil Azzaini dalam bukunya Kubik Leadership menyebut senyum seperti ini sebagai senyum 227 yaitu dengan menarik sudut bibir kiri dan kanan ke atas sepanjang dua centi selama tujuh detik. Kalau orang bule bilangnya smile like Mona Lisa! Yang membuat lukisan Mona Lisa jadi salah satu lokasi termahal di dunia (konon saat ini ditaksir bernilai sekitar US$780 juta!) adalah karena senyumannya.
-       Suka bekerja sama (Cooperative)
Salah satu karakteristik yang mudah dilihat dari para karyawan yang berorientasi service adalah mereka sangat kooperatif. Mereka mampu mengesampingkan ego dan prioritas pribadi untuk menghasilkan solusi-solusi yang bisa diterima oleh semua pihak.
-       Berkomunikasi Secara Baik (Communicative)
Karakteristik paling penting dari karyawan yang berorientasi service adalah kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan komunikasi memungkinkan mereka untuk berinteraksi secara lebih baik dengan para nasabah apalagi dipadukan dengan beberapa karakteristik yang telah disebutkan sebelumnya.  Kemampuan komunikasi meliputi aspek-aspek seperti mendengarkan secara aktif dan empati, disertai dengan aspek-aspek nonverbal seperti kontak mata dan bahasa tubuh yang bersahabat, dan kemampuan untuk menyampaikan secara jelas dan dapat dipahami pilihan-pilihan produk dan informasi-informasi fitur dan manfaat produk  yang dibutuhkan oleh nasabah.
-       Pemberi Solusi (Problem Solver)
Nasabah berinteraksi dengan kita karena adanya kebutuhan mereka yang ingin dipenuhi (unmet needs). Disinilah letak keunggulan para karyawan yang berorientasi service. Mereka secara aktif menggali kebutuhan-kebutuhan nasabah dan secara cepat mampu mengidentifikasi dan menyarankan solusi-solusi yang sesuai kebutuhan nasabah.
-       Terorganisir (Organized)
Karena komitmennya yang total terhadap kepuasan nasabah, para karyawan yang berorientasi service melaksanakan tugas-tugasnya secara terorganisir dan mampu menangani multiple tasks untuk melayani beberapa nasabah secara simultan.
Riset menunjukkan bahwa kemampuan untuk memprediksi perilaku layanan (service behavior) calon karyawan khususnya yang akan ditempatkan sebagai frontliner adalah penting dan menentukan apakah nantinya mereka akan menjadi karyawan yang berorientasi service atau tidak. Apabila kandidat yang diseleksi memenuhi karakteristik-karakteristik seperti yang telah dibahas sebelumnya, kualitas layanan dapat dipastikan akan meningkat. Sebelum kita menggali lebih lanjut mengenai karakteristik-karakteristik personal karyawan yang service oriented, kita akan sedikit membahas apa yang dimaksud dengan orientasi service.
Apa yang dimaksud dengan orientasi service
Orientasi service merupakan seperangkat perilaku dan sikap yang mempengaruhi kualitas interaksi antara satu individu dengan individu lain. Dalam tulisan online Doug Walner yang berjudul Service Orientation, How Do You Know When A Job Candidate Has It, definisi orientasi service dikembangkan menjadi suatu kemauan untuk memperlakukan rekan-rekan sekerja dan nasabah-nasabah dengan hormat, penuh perhatian, dan bijak yang dikombinasikan dengan kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan nasabah dan berkomunikasi secara efektif. Secara sederhana British Council mendefinisikan orientasi service sebagai kemampuan untuk menjaga para nasabah tetap bahagia dengan secara efektif melakukan beberapa hal sebagai berikut:
-          Responsif terhadap kebutuhan-kebutuhan nasabah
-          Memperlakukan nasabah dengan penuh hormat
-     Menjaga nasabah tetap terinformasi dan memenuhi permintaan-permintaan dengan segera dan secara efisien
-         Mampu menyelesaikan permasalahan nasabah dengan tepat dan bijak
-     Menanyakan pertanyaan-pertanyaan apabila ada kebutuhan nasabah yang belum dipahami agar mampu memberikan layanan terbaik
-         Selalu berkomitmen untuk membantu
-         Lebih mempertimbangkan kebutuhan nasabah dibandingkan kebutuhan-kebutuhan pribadi

Para karyawan yang memiliki orientasi service sangat penting untuk menjaga kualitas layanan. Sebagian besar perusahaan pasti telah membuat kebijakan-kebijakan yang mengatur standar layanan yang berlaku di perusahaan. Service manuals tersebut tentu saja merujuk pada best practices layanan yang telah berhasil diterapkan di perusahaan-perusahaan yang dikenal memiliki service excellence. Namun, dalam pelaksanaannya sering dijumpai inkosistensi dalam menerapkan standar layanan yang berakibat masih sering terjadi complain nasabah  termasuk yang hampir setiap hari kita bisa baca di media cetak maupun di media online. Keluhan-keluhan nasabah ini apabila tidak segera direspon dengan cepat, tepat, dan bijak selain menyebabkan perusahaan kehilangan nasabah juga akan kesulitan mengakuisisi nasabah-nasabah baru. Atau bisa saja terjadi proses delivery produk maupun layanan sudah sesuai standar layanan tetapi karena produk maupun layanan tidak memenuhi ekspektasi nasabah maka mereka menjadi tidak puas. Disinilah para karyawan yang berorientasi service berperan penting. Dari awal desain produk maupun layanan mereka memberikan masukan penting karena mereka paham apa yang dimaui oleh nasabah, pada saat melayani nasabah mereka melaksanakan sesuai standar dengan sepenuh hati dan bisa memberikan solusi produk yang tepat karena mereka mengerti betul keinginan dan kebutuhan nasabah. Apabila nasabah komplain, para karyawan yang berorientasi service selalu mendengarkan dengan penuh perhatian dan mampu memberikan solusi yang tepat. Mereka sangat mengerti nasabahnya, memandang lewat mata nasabah melalui empatinya yang besar, sehingga mereka dapat menentukan dengan lebih baik mana produk maupun layanan yang lebih tepat untuk kebutuhan nasabah.

Menciptakan Budaya Yang Berorientasi Service
Untuk menciptakan karyawan yang berorientasi service juga dapat dilakukan dengan mengimplementasikan budaya yang berorientasi service dalam perusahaan. Budaya ini dibutuhkan sebagai pondasi bagi perusahaan untuk membangun pengabdian yang sungguh-sungguh kepada para pelanggan dan menjadi komitmen bagi para karyawan dalam memberikan layanan yang luar biasa.
Pelayanan yang buruk akan berdampak sangat masif dan mencederai reputasi perusahaan apalagi dengan semakin pesatnya perkembangan media-media sosial sehingga keluhan nasabah bisa menyebar ke lebih banyak orang, di seantero penjuru dunia dalam waktu yang sangat cepat. Coba saja ketik kata “kasus keluhan pelanggan” di mesin pencari Google dan dalam hitungan 0,26 detik saja muncul 151.000 hasil pencarian! Barangkali kita masih ingat kasus yang menimpa Prita Mulyasari pada tahun 2008 silam? Kasus ini bermula dari keluhan Prita atas layanan R.S. Omni melalui email ke beberapa temannya yang akhirnya bocor dan ramai dibicarakan melalui forum dan mailing list (milis) di internet. Ketika akhirnya keluhan tersebut sampai ke pihak R.S. Omni, R.S. Omni bukannya merespon keluhan dengan baik malah balik melaporkan Prita dengan tuduhan pencemaran nama baik. Masyarakat bereaksi dan menganggap tindakan pihak R.S. Omni sangat berlebihan dan berbagai gerakan masyarakat ramai-ramai menyuarakan kebebasan Prita. Pada tahun 2012, setelah sempat mendekam di balik jeruji sekian lama, Prita dibebaskan dan R.S. Omni diberikan sanksi oleh Pemerintah.
Di mancanegara satu kasus keluhan nasabah yang sangat fenomenal juga bisa menjadi contoh betapa dahsyatnya kekuatan media social sebagai wadah dalam menyampaikan keluhan nasabah dan betapa penyedia jasa harus memprioritaskan penanganan keluhan nasabah. Seorang musisi bernama Dave Carroll mengeluhkan gitarnya yang rusak akibat penanganan pihak United Airlines yang kurang hati-hati. Kebetulan dia mendengar dari salah seorang penumpang lain bahwa beberapa gitar penumpang sengaja dilemparkan oleh petugas yang menangani bagasi (baggage handlers) pada saat memasukkan barang-barang penumpang melalui layover. Akibatnya, Dave menemukan gitar Taylornya seharga US$3,500,- menjadi rusak berat. Dave meminta pihak United Airlines (UA) untuk mengganti kerugian yang dialaminya tersebut tetapi ditolak mentah-mentah karena menurut pihak UA Dave mengajukan keluhannya tidak dalam jangka waktu 1x24 jam sesuai aturan UA. Kecewa dengan kerusakan gitarnya dan pelayanan UA yang tidak menyenangkan, Dave sebagai seorang musisi menuliskan kisahnya dalam sebuah lagu yang diberi judul “United Breaks Guitar”, membuat video music dan mengunggahnya di Youtube pada 6 Juli 2009. Hasilnya luar biasa! Hanya dalam tempo 1 hari video tersebut disaksikan 150,000 kali, sampai 9 Juli 2009 ditonton 500,000 kali, sampai pertengahan Agustus 2009 telah disaksikan 5 juta pemirsa, 10 juta kali sampai Februari 2011, dan 13,3 kali sampai September 2013. Selain media sosial, media-media cetak juga ramai-ramai menyorot permasalahan UA. Akhirnya, pihak UA melalui managing director-nya menghubungi Dave Carroll dan meminta maaf atas kesalahan mereka. UA mengalami kerugian yang cukup besar akibat people power ini yaitu berjumlah US$180 juta dan penurunan nilai saham sebesar 10% akibat kejadian ini.   
Budaya yang berorientasi service akan melandasi perusahaan yang berorientasi service yang menaungi karyawan-karyawan yang berorientasi service. Para karyawan ini akan memastikan bahwa dampak buruk baik secara finansial maupun non finansial akibat keluhan nasabah seperti yang dialami oleh R.S. Omni dan United Airlines tidak terjadi.  Agar perusahaan memiliki budaya yang berorientasi service, menurut Perimeter Park Executive Center dalam artikelnya How to Create a Service-Oriented Culture in Your Business, perusahaan harus memastikan beberapa hal sebagai berikut:
-       Mulai dari pimpinan
Komitmen untuk berorientasi service dilaksanakan secara bersama-sama dari level pimpinan sampai karyawan. Demikian juga saat berinteraksi dengan nasabah harus berdasarkan komitmen yang telah disepakati bersama tersebut.
-  Selalu berkomitmen untuk melakukan apapun yang dibutuhkan untuk memastikan kepuasan nasabah
Rekrut orang-orang yang memiliki karakteristik pribadi karyawan yang berorientasi service, berikan sumber daya yang dibutuhkan, beri kebebasan karyawan tersebut untuk mengambil keputusan pada situasi yang mengharuskan, dan tawarkan kesempatan pelatihan yang memadai untuk mengembangkan kemampuannya. Selalu prioritaskan kebutuhan-kebutuhan nasabah.
-       Berdayakan para karyawan
Sangatlah penting untuk memastikan bahwa para karyawan selalu merasa dihargai dan diperhatikan. Jika tidak mungkin mereka akan bertahan tapi dengan perasaan tidak bahagia. Apabila karyawan tidak merasa bahagia, percayalah mereka akan membalas dengan tidak berupaya untuk membahagiakan nasabah-nasabah perusahaannya. Perlakukan karyawan dengan baik agar mereka juga memperlakukan dan melayani nasabah dengan baik.
-       Jangan janjikan apa yang tidak bisa Anda berikan
Mengatakan bisa kepada nasabah sesuatu yang sebenarnya Anda tidak yakin bisa Anda berikan akan mengakibatkan nasabah menjadi marah dan kecewa. Nasabah-nasabah yang marah ini cepat atau lambat akan meninggalkan Anda. Cobalah memberikan alternative-alternatif terhadap permasalahan nasabah. Menjanjikan sesuatu yang tidak bisa atau langsung mengatakan tidak bisa akan berakibat sama fatalnya. Kalaupun terpaksa harus mengatakan tidak bisa, setidaknya cobalah tawarkan alternatif solusi yang mungkin sesuai dengan kebutuhan nasabah.
-       Selalu cari cara untuk mengurangi kesalahan  
Kajilah semua komplain yang masuk, mintalah feedback nasabah, dengarkan dengan penuh perhatian masukan dan keluhan dari para nasabah. Semua ini menjadi sinyal bahwa ada perubahan produk maupun layanan yang harus dilakukan oleh perusahaan.
-       Kenali nasabah Anda
Cara terbaik untuk menemukan apa yang dibutuhkan oleh nasabah adalah dengan berbicara dengan mereka, berinteraksi melalui berbagai media interaktif yang ada, dan secara aktif bersosialisasi. Melalui cara-cara ini kita akan mampu mengumpulkan informasi dan masukan-masukan yang pastinya sangat penting untuk melakukan penyesuaian-penyesuai sehingga produk maupun layanan kita dapat mengakomodasi kebutuhan nasabah.
-       Ciptakan sarana komunikasi yang memudahkan para nasabah berinteraksi dengan Anda 7 hari seminggu 24 jam sehari. Tidak hanya melalui telepon kantor yang hanya bisa dihubungi saat hari dan jam operasional saja melainkan juga melalui media-media social dan internet yang berkembang sangat pesat. Survey mencatat selama 2013 pengguna internet mencapai 39% dari total 7,1 milyar populasi dunia atau sekitar 2,8 milyar orang! Untuk pengguna twitter di 2013 diperkirakan sudah melebihi 1 miliar orang.

Semoga melalui karyawan-karyawan yang berorientasi service sebagai garda terdepan dalam pelayanan, kepuasan pelanggan sebagai salah satu kontributor kesuksesan sebuah perusahaan bisa lebih terjamin. Bahagiakan mereka sehingga mereka akan bekerja lebih optimal dan sepenuh hati dalam memberikan pelayanan terbaik kepada para nasabah.

Manado, 27 September 2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Budaya Service SQ, Budaya Yang Memuaskan Karyawan

Apakah anda ingin merasakan layanan kamar kelas suite? Tentu saja semua orang ingin menikmati bagaimana rasanya menginap beberapa malam di kamar kelas suite yang dimiliki minimal oleh hotel-hotel berbintang lima atau kapal-kapal pesiar mewah. Kita pasti belum membayangkan bahwa fasilitas hotel berbintang saat ini bisa kita nikmati juga di atas pesawat terbang. Pada tahun 2008 Singapore Airlines telah memperkenalkan layanan The Suites, sebagai layanan udara termewah yang tersedia secara komersial. The Suites merupakan layanan eksklusif di armada Airbus A380 Singapore Airlines yang menerbangi rute Changi International Singapura menuju bandara internasional John F. Kennedy New York yang menawarkan kabin pribadi dengan pintu-pintu geser yang memungkinkan anda untuk menikmati privasi dan istirahat yang sangat nyaman selama perjalanan. Interiornya yang mewah dirancang oleh desainer Perancis bernama Jean-Jacques Coste yang dikenal sebagai perancang interior kapal yacht mewah. K

Bahagia dan Kreativitas

Success is liking yourself, liking what you do, and liking how you do it Ungkapan diatas pernah diucapkan oleh Maya Angelou, seorang penulis terkemuka. Kesuksesan hanya bisa diraih apabila kita bahagia dalam bekerja, menyukai pekerjaan kita dan menyukai apapun yang berkaitan dengan pekerjaan kita termasuk perusahaan tempat kita bekerja, rekan kerja kita, atasan kita, nasabah atau debitur kita dan sebagainya. Kebahagiaan dalam bekerja menghasilkan interaksi yang lebih baik dengan rekan, atasan, nasabah serta produktivitas dan kinerja kerja yang terus meningkat. Kebahagiaan bekerja juga berdampak besar terhadap kondisi kesehatan kita sehingga kita tidak gampang stress dan sakit. Soal bonus yang kita peroleh tentunya sebanding dengan produktivitas kita. Ada lagi manfaat penting kebahagiaan kerja yaitu menumbuhkan inovasi dan kreativitas. Riset menyimpulkan bahwa kebahagiaan dan kreativitas adalah dua hal yang saling terkait. Karyawan yang bahagia akan lebih produktif dan kre

Kepemimpinan Transformasional: Sebuah Gaya Kepemimpinan Yang Adaptif (Bagian 1)

Organisasi dimanapun butuh  kepemimpinan karena tanpa kepemimpinan  organisasi tidak akan berjalan dengan baik dan efektif.  Inilah sebabnya bila  kita berbicara organisasi maka kita juga harus membicarakan bagaimana kepemimpinan dalam organisasi. Di banyak literatu r  kepemimpinan organisasi (organizational leadership)   j ustru lebih banyak dibahas dibanding organisasi itu sendiri.    Terdapat beberapa versi kepemimpinan dan seringkali kepemimpinan dipersepsikan secara salah sebagai manajemen. Sederhananya, perbedaannya adalah apabila anda memimpin orang lain namun anda berjalan sendiri tanpa diikuti oleh satupun orang yang anda pimpin, itulah manajemen. Bedanya yang lain adalah manajemen adalah memimpin tanpa nilai (managing without value)  dimana seluruh proses manajerial berupa merencanakan, mengorganisasi dan mengoordinasi strategi untuk pencapaian tujuan organisasi, sedangkan tugas pemimpin adalah untuk menginspirasi dan memotivasi. Walaupun berbeda namun kepemimpinan dan