Langsung ke konten utama

Skandal


Saya sangat menikmati hujan deras di hari awal-awal tahun baru 2013 ini. Saat menyaksikan pemandangan yang lazim terjadi di musim penghujan yaitu anak-anak yang bermain-main dengan gembira di tengah guyuran hujan, pikiran saya langsung terbang kembali menuju ke masa saya masih seumuran mereka. Bersama teman sebaya saya pasti menghabiskan hampir seharian waktu saya bermain di bawah tumpahan hujan lebat dengan asyiknya sampai terkadang saya dijemput paksa untuk pulang dan disambut dengan omelan emak.
Seperti saat hujan deras di hari ke lima Januari ini. Libur hari Sabtu apalagi karena pagi ini matahari masih juga bersembunyi di balik awan-awan mendung yang sangat tebal, saya memutuskan untuk bermalas-malasan di rumah dulu. Masalah yang dihadapi oleh sebagian besar kota di Indonesia saat musim hujan yaitu banjir juga terjadi di Makassar ini. Genangan di sana-sana terutama di jalan-jalan utama karena sistem drainase yang mampet mengakibatkan semakin panjangnya deretan kendaraan akibat macet. Ditambah lagi ulah ugal-ugalan warga yang sama sekali tidak mengindahkan disiplin berlalu lintas memperparah kemacetan yang terjadi. Sahut-sahutan sirene kendaraan menghiasi beberapa ruas jalan protokol di empat malam awal tahun baru ini.
Ini bukan malam menyambut pergantian tahun padahal, namun suasananya bisa dibilang sama semrawutnya. Kemarin saja sepulang kantor saya sempat menghitung perjalanan dari kantor ke rumah yang seharusnya bisa ditempuh dalam waktu tidak sampai setengah jam menjadi sejam lebih. Itupun saya sudah lewat tol dengan tujuan untuk mempercepat sampainya. Apalagi kalau saya lewat jalan Urip Sumoharjo yang sepanjang jalannya berdiri beberapa kampus, ruko, waralaba-waralaba top, dan sebuah mal dan dikenal sebagai jalan super macet pas jam-jam karyawan pulang kantor di sore dan malam hari, barangkali dua jam baru saya bisa sampai rumah.
Banyak yang berubah di Makassar beberapa tahun terakhir ini. Belum genap lima tahun saya meninggalkan Makassar karena bertugas di Papua, teramat banyak perubahan yang telah terjadi. Saya dulu akrab dengan daerah jalan perintis ini karena saya kuliah di salah satu universitas yang berlokasi di daerah ini. Dulu tidak seramai ini. Jalan-jalan masih relatif lebih lengang karena kendaraan roda empat yang lewat masih bisa dihitung dengan jari. Sekarang, sungguh memprihatinkan! Kondisi kemacetan lalu lintas sudah hampir menyamai kemacetan di Jakarta. Sungguh pemandangan yang jamak dan beberapa kali juga saya alami sendiri kemacetan yang menyebabkan mobil-mobil berjalan menyemut. Kondisi seperti ini jelas akan berdampak sangat buruk kepada masyarakat. Selain kerugian secara waktu karena waktu yang dihabiskan di jalan menjadi lebih lama, pemborosan bahan bakar energi, juga berdampak terhadap kesehatan polusi asap kendaraan bermotor dan kebisingan. Seperti dilansir sebuah harian lokal, hitungan secara matematis besarnya kerugian yang terjadi akibat kemacetan diperkirakan bisa mencapai Rp. 800 juta per harinya atau Rp 24 miliar per bulan. Ini baru kerugian akibat pemborosan bahan bakar bensin. Dampak yang tentunya jauh lebih besar yaitu terhadap kesehatan mental dan fisik masyarakat. Karena kemacetan yang semakin parah, tingkat stress warga juga akan meningkat yang selain mempengaruhi kesehatan fisik juga produktivitas kerja.
Kemacetan memang penyakit kronis yang sulit diberantas. Pada saat berada di tengah kemacetan, alunan lagu-lagu riang jadi tidak menghibur lagi. Bahkan pernah saya coba memutar kaset-kaset motivasi untuk sekedar melapangkan hati saya sehingga bisa ikhlas dan nrimo dengan kondisi kemacetan ini, tetapi percuma saja. Saya terus menggumamkan kata-kata makian untuk mengutuk pihak-pihak yang saya pikir turut andil memarahkan kemacetan ini.
Saya mengutuk para pengguna jalan yang ugal-ugalan tidak disiplin berlalu lintas. Kedisiplinan dalam hal apapun di negeri ini saja sulit, apalagi di kota Makassar sangat tidak mungkin ditegakkan. Masyarakat makassar dikenal dengan pameo pa'bambangan na tolo, suka melanggar aturan apapun karena ketidakmautahuan terhadap ketentuan yang berlaku. Saya sempat terusik tapi lalu mengamini pernyataan seorang teman bahwa selama dia bertugas di beberapa kota besar di Indonesia, di Makassar-lah menurut dia yang para pengguna kendaraannya paling tidak disiplin! Sungguh tidak enak di kuping mendengarnya, namun hati kecil saya mengiyakan. Dalam diri saya ada mengalir darah Makassar dan barangkali karena setengah darah yang lain dan pergaulan saya dengan teman-teman yang kebanyakan pendatang dari luar, saya jadi pribadi yang lebih taat berlalu lintas.
Tapi sontak saya menjadi ganas karena mendadak memotong di depan mobil saya seorang berkendara motor. Tanpa menyalakan lampu seng dan dengan acuhnya dia menyalib begitu saja tanpa menoleh sedikitpun. Saya spontan mengerem dan mengakibatkan ban mobil saya berdecit. Tidak cukup makian sumpah serapah bagi orang yang tidak pedulian seperti ini. Saya sangat bersyukur saja mobil saya tidak sampai merenggut nyawanya karena kengerian terbayang di pikiran saya hukuman yang akan saya tanggung karena perbuatan yang bukan kesalahan saya?
Saya bukan seperti beberapa pengemudi ugal-ugalan yang merenggut tidak sedikit nyawa. Saya bukan Apriani Susanti, pengguna narkoba dan miras, yang merenggut nyawa belasan pejalan kaki di daerah tugu Tani saat sedang DUI (drive under influence). Desember lalu seorang pengemudi Grand Livina bernama Andika Pradipta, akibat ngantuk, merenggut nyawa dua orang pengguna jalan. Teranyar, sebuah mobil BMW yang dikemudikan putra seorang pejabat dan tokoh penting di negara ini karena mengemudikan kendaraannya dalam kecepatan tinggi saat dia ngantuk, menjadi tidak awas dan merenggut dua korban tewas. Korban-korban berjatuhan karena lakalantas yang terjadi di hari pertama tahun baru 2013. Berlokasi di tol Jagorawi sebuah mobil BMW menabrak dari belakang sebuah mobil Luxio yang merenggut nyawa dua orang dan melukai beberapa orang lainnya. Yang menghebohkan bukan adanya korban jiwa dalam tabrakan dua mobil beda kasta tersebut, tetapi karena si pengemudi maut adalah pria bernama Muhammad Rasyid Amrullah Rajasa. Bisa ditebak latar belakang si pengemudi. Siapa tidak kenal Hatta Rajasa seorang tokoh dengan seabrek aktivitas sebagai Menko Perekonomian, Ketua Umum PAN, besan Presiden SBY, dan capres RI 2014. Si pengemudi maut Rasyid adalah putra bungsu HR. Hubungan kekerabatan ini diperkirakan bisa menyebabkan polisi tidak sepenuh hati bahkan cenderung akan meringankan hukuman Rasyid. Apalagi di Indonesia hal seperti ini masih kerap terjadi.
Aparat penegak hukum masih tebang pilih siapa yang harus dihukum karena sebuah skandal.  Selama perjalanan penegakan hukum di Indonesia sepanjang era reformasi ini, hukum di Indonesia masih belum mampu bersikap adil. Akibatnya, tindakan-tindakan tidak pantas yang bagi sebagian kita bertentangan dengan norma, etika, hukum, dan agama justru banyak dilakukan oleh tokoh-tokoh elit nasional yang sejatinya menjadi role model. Ambil contoh kasus yang masih marak tentang pernikahan siri bupati Garut Aceng dengan seorang gadis abege berusia 18 tahun yang berujung diceraikan sang istri setelah empat hari melalui sms. Ini belum apa-apa. Masih banyak skandal-skandal mega lainnya yang sampai sekarang masih belum dapat dikuak karena adanya political interests antara lain skandal bailout Bank Century yang berpotensi merugikan negara sampai Rp. 6,7 triliun dan skandal megaproyek Hambalang yang berpotensi merugikan negara Rp. 1,2 triliun, belum dapat dituntaskan karena ada beberapa tokoh penting yang ikut menikmati cuan hasil korupsi megaproyek tersebut. Patut diacungi dua jempol dan dinanti realisasinya janji Ketua KPK Abraham Samad untuk segera menuntaskan kasus-kasus besar negeri ini dan menyeret orang-orang yang terlibat siapapun dia tanpa pandang bulu.
KPK tentunya butuh dukungan dari seluruh elemen masyarakat. Apalagi untuk memberantas korupsi di Indonesia yang sudah menjadi membudaya dan menjadi tontonan publik saban hari membaca media cetak dan menonton liputan berita di teve, seharusnya kita ikut prihatin dan malu menjadi bangsa Indonesia yang dikenal bermartabat dan malu untuk melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan hukum.
"Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jalan cukup menghidupimu
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu
Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jala cukup menghidupmu
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkah kayu dan batu jadi tanaman"
Sengaja saya sisipkan lirik lagu Kolam Susu-nya Koes Plus diatas untuk mengingatkan bahwa negara Indonesia adalah negara yang sangat kaya raya, gemah rimah loh jinawi. Sayang, kekayaan yang sedemikian besar selain belum bisa dioleh secara maksimal juga hasilnya banyak dikorupsi oleh para koruptor yang tidak bermoral dan hanya bertujuan untuk semakin memperkaya diri sendiri. Semoga hukum bisa ditegakkan seadil-adilnya demi kemaslahatan masyarakat Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Budaya Service SQ, Budaya Yang Memuaskan Karyawan

Apakah anda ingin merasakan layanan kamar kelas suite? Tentu saja semua orang ingin menikmati bagaimana rasanya menginap beberapa malam di kamar kelas suite yang dimiliki minimal oleh hotel-hotel berbintang lima atau kapal-kapal pesiar mewah. Kita pasti belum membayangkan bahwa fasilitas hotel berbintang saat ini bisa kita nikmati juga di atas pesawat terbang. Pada tahun 2008 Singapore Airlines telah memperkenalkan layanan The Suites, sebagai layanan udara termewah yang tersedia secara komersial. The Suites merupakan layanan eksklusif di armada Airbus A380 Singapore Airlines yang menerbangi rute Changi International Singapura menuju bandara internasional John F. Kennedy New York yang menawarkan kabin pribadi dengan pintu-pintu geser yang memungkinkan anda untuk menikmati privasi dan istirahat yang sangat nyaman selama perjalanan. Interiornya yang mewah dirancang oleh desainer Perancis bernama Jean-Jacques Coste yang dikenal sebagai perancang interior kapal yacht mewah. K...

Kepemimpinan Transformasional: Sebuah Gaya Kepemimpinan Yang Adaptif (Bagian 1)

Organisasi dimanapun butuh  kepemimpinan karena tanpa kepemimpinan  organisasi tidak akan berjalan dengan baik dan efektif.  Inilah sebabnya bila  kita berbicara organisasi maka kita juga harus membicarakan bagaimana kepemimpinan dalam organisasi. Di banyak literatu r  kepemimpinan organisasi (organizational leadership)   j ustru lebih banyak dibahas dibanding organisasi itu sendiri.    Terdapat beberapa versi kepemimpinan dan seringkali kepemimpinan dipersepsikan secara salah sebagai manajemen. Sederhananya, perbedaannya adalah apabila anda memimpin orang lain namun anda berjalan sendiri tanpa diikuti oleh satupun orang yang anda pimpin, itulah manajemen. Bedanya yang lain adalah manajemen adalah memimpin tanpa nilai (managing without value)  dimana seluruh proses manajerial berupa merencanakan, mengorganisasi dan mengoordinasi strategi untuk pencapaian tujuan organisasi, sedangkan tugas pemimpin adalah untuk menginspirasi dan memotiva...

Bahagia dan Kreativitas

Success is liking yourself, liking what you do, and liking how you do it Ungkapan diatas pernah diucapkan oleh Maya Angelou, seorang penulis terkemuka. Kesuksesan hanya bisa diraih apabila kita bahagia dalam bekerja, menyukai pekerjaan kita dan menyukai apapun yang berkaitan dengan pekerjaan kita termasuk perusahaan tempat kita bekerja, rekan kerja kita, atasan kita, nasabah atau debitur kita dan sebagainya. Kebahagiaan dalam bekerja menghasilkan interaksi yang lebih baik dengan rekan, atasan, nasabah serta produktivitas dan kinerja kerja yang terus meningkat. Kebahagiaan bekerja juga berdampak besar terhadap kondisi kesehatan kita sehingga kita tidak gampang stress dan sakit. Soal bonus yang kita peroleh tentunya sebanding dengan produktivitas kita. Ada lagi manfaat penting kebahagiaan kerja yaitu menumbuhkan inovasi dan kreativitas. Riset menyimpulkan bahwa kebahagiaan dan kreativitas adalah dua hal yang saling terkait. Karyawan yang bahagia akan lebih produktif dan kre...